"Dunia bukanlah pabrik pewujud keinginan"
alias: Salahkan Bintang-Bintang
Author: John Green
Penerbit: Qanita
424 halaman
Buku bacaan Reight book club edisi Oktober.
Sinopsis
Hazel Grace Lancaster bertemu dengan sesama penderita kanker, Augustus Waters di pertemuan Kelompok Pendukung. Mereka cepat menjadi akrab dan saling mengenal lebih jauh.
Meskipun sama-sama penderita kanker, kondisi mereka cukup berbeda. Hazel menderita kanker paru-paru, dan bertahan hidup dengan kondisi paru-paru yang payah, dan mesti memasang alat bantu pernapasan. Sementara Augustus pernah menderita kanker tulang dan sebelah kakinya diamputasi, tapi saat ini bisa dibilang dia sudah sembuh. Kondisi inilah yang membuat Hazel enggan untuk menjalin hubungan dengan Augustus. Dia kuatir akan membuat Augustus terluka ketika dia mati.
Hazel memiliki satu buku yang sangat disukainya, berjudul Kemalangan Luar Biasa, karya Peter van Houten. Buku yg isinya mirip sekali dengan kondisinya, tentang seorang anak perempuan penderita kanker. Sudah sejak lama, Hazel penasaran dengan nasib tokoh2 pendukung di buku itu setelah ceritanya berakhir. Dia sudah berkali2 mengirim surat pada si penulis tapi tidak pernah mendapat balasan.
Hingga kemudian Augustus ikut mencoba mengirim email, dan mendapatkan hasil. Si penulis saat ini tinggal di Amsterdam, dan tidak pernah menulis lagi. Dia tidak akan memberitahukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Hazel kecuali mereka datang dan bertemu langsung dengannya.
Tak disangka, Augustus memiliki jalan untuk mewujudkannya. Dengan bantuan lembaga Peri yang mengabulkan Keinginan Augustus, mereka berhasil pergi ke Amsterdam dan menemui Peter van Houten.
Akan tetapi, hasil yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Dan, ada kejutan lain yang tak menyenangkan untuk Hazel.
Review & Komen
(1) First Impression
Buku ini terpilih sebagai Best Young Adult Fiction dari Goodreads Choice Awards 2012. Naturally, gw yakin kalo buku ini bagus banget, meskipun bukunya ga begitu rame di Indonesia.
(2) How did you experience the book?
Membaca buku ini, suasana hati dibuat jungkir balik. Di satu bagian, kita dibuat kagum dengan tokoh2 utamanya yang cerdas. Kemudian cerita menjadi manis ketika momen2 kedekatan Hazel dan Augustus muncul. Tak kurang, kita dibuat ikut kesal dan marah ketika Peter van Houten bertingkah seperti bajingan dan menghina Hazel. Tapi yang lebih banyak adalah kesedihan, ketika dihadapkan dengan penyakit mereka dan konsekuensi tak terhindarkan yang dihasilkannya.
Gw juga suka dengan gaya bahasa yang digunakan, percakapannya juga mengalir, ga kaku.
(3) Characters
Kedua tokoh utama, Hazel dan Augustus, adalah karakter yang bakal disukai pembaca. Mereka cerdas dan kuat. Mereka melalui kesulitan tanpa mengeluh, bersikap normal, seakan penyakit mereka merupakan hal yang biasa. Seringnya mereka malah menjadikan kondisi mereka sebagai bahan candaan.
Kemudian gw baru sadar, memang seperti itulah yang dirasakan mereka. Biasa-biasa saja. Kita sajalah sebagai yang kondisinya lebih baik yang melihat mereka berbeda, berpikir bahwa kondisi mereka pastilah sulit dsb.
Anyway, ada kebiasaan unik Augustus, dimana dia meletakkan sebatang rokok pada mulutnya, tapi tidak pernah menyalakannya. Ini bukan buat sekedar gaya, tapi metafora.
"Kau meletakkan pembunuh itu persis di antara gigimu, tapi tidak memberinya kekuatan untuk melakukan pembunuhan."
Dan Augustus selalu manggil Hazel dengan Hazel Grace, ketimbang Hazel saja. Something sweet about it.
Selain mereka, karakter pendukung seperti orang tua mereka juga lovable. Lalu ada Isaac, teman mereka yang menderita kanker mata, dimana matanya mesti diambil sehingga dia buta. Kemudian ada Peter van Houten, si penulis buku Kemalangan Luar Biasa.... yang ternyata seorang bajingan pemabuk yang menolak memenuhi janjinya memberi jawaban untuk Hazel.
Menurut gw memang ada yg aneh dengan cara van Houten yang ngotot ga mau ngasihtau kelanjutan ceritanya, padahal dia bisa aja asal ngarang supaya Hazel puas. Pastilah ada sesuatu, dan betullah. Cerita di buku KLB ternyata semacam kisah nyata dari putrinya yang meninggal karena kanker. Makanya setelah itu dia ga nulis lagi, dan Hazel ngingetin dia akan putrinya.
(4) Plot
Menurut gw, klimaks cerita ada di Amsterdam, dimana selain pertemuan dengan van Houten yang mengecewakan, momen romantis antara Hazel dan Augustus mencapai puncaknya. Makan malam berdua, lalu besoknya ketika mengunjungi museum Anna Frank, Hazel dan Augustus berciuman, dan setelahnya ketika kembali ke hotel, untuk pertama kalinya mereka melakukan hubungan seks.
Kemudian datanglah kejutan yang tak menyenangkan, dimana kanker Augustus kambuh lagi, dan keadaannya segera memburuk. Ceritanya mulai antiklimaks dari sini, dan itu cukup panjang, masih 1/4 buku lah. Ironis sekali, karena awalnya Hazel yang kuatir akan mati lebih dulu dan membuat Augustus terluka. Tapi ternyata malah kondisi Augustus yang lebih buruk.
(5)POV
Sudut pandang yang digunakan merupakan orang pertama, yaitu Hazel.
(6) Main Idea/Theme
Menurut gw, tema utama dari buku ini adalah bagaimana penderita kanker menjalani hidupnya dengan optimis, dimana mereka juga bisa jatuh cinta dan berpacaran, dan memiliki impian dan keinginan. Dalam hal ini, keinginan Hazel adalah mendapatkan jawaban atas kelanjutan cerita KLB.
(7) Quotes
"Dunia bukanlah pabrik pewujud keinginan."
Aku tidak benar-benar berbohong. Aku hanya memilih di antara kebenaran-kebenaran yang ada. (hal 65)
"Terkadang orang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka sedang mengucapkannya." (hal 86)
"Aku granat dan suatu ketika aku akan meledak, sehingga aku ingin meminimalkan jumlah korban, oke?" (hal 136)
"kegembiraan yang kau bawa untuk kami jauh lebih besar daripada kesedihan yang kami rasakan karena penyakitmu." (hal 141)
"Keadaan telah menjadikannya begitu kejam. Dia bukan orang jahat." (hal 266)
"Kau tidak bisa memilih apakah kau akan terluka di dunia ini, tapi kau bisa ikut menentukan siapa yang melukaimu." (hal 418)
(8) Ending
Di antara antiklimaks yang mengiringi kemunduran kondisi Augustus hingga kematiannya, ada subplot yang berusaha membuat cerita tetap hidup. Rupanya Augustus mengirimkan surat pada van Houten, dan Hazel berusaha untuk mencari tahu isi surat itu. Isi surat itulah yang menjadi penutup.
Isi surat itu, dan orangtua yang mencintainya, cukup untuk memberi semangat pada Hazel untuk melanjutkan hidupnya.
(9) Questions
Apakah Peter van Houten akan insaf dan menulis buku lagi? Atau setidaknya, jadi orang yang lebih baik?
(10) Benefits
Jelas, membaca buku ini membuat kita lebih bersyukur dengan keadaan kita yang jauh lebih sehat ketimbang Hazel dan Augustus.
(11) Lain-lain
Tentang terjemahan buku ini, secara umum cukup oke, tapi ada beberapa terjemahan yang miss. Contoh yang konsisten muncul adalah, sepertinya sih, "Well, " yg muncul di percakapan, diterjemahin jadi "Wah, ". Dan terjemahan tentang istilah-istilah dan judul buku/game, membuat gw pengen baca versi bahasa Inggrisnya biar lebih klop.
Tentang bagian yang katanya disensor, gw cuma menduga2 kalo itu adalah bagian detail dimana Hazel dan Augustus melakukan seks. Dan menurut gw itu ga masalah, karena di versi terjemahan sudah diberitahu kalo mereka memang melakukannya, cuma detilnya aja yg ga diceritakan.
Dan di bagian akhir, kayaknya bagian dari akhir surat Augustus dan jawaban dari Hazel kecampur, font dan stylenya lupa dibedain.
(12) Bagian Favorit
Ada tiga. Pertama, sewaktu Augustus cerita ke Hazel kalo Para Peri mengabulkan keinginannya dan akan membiayai perjalanan mereka ke Amsterdam. (hal 123-124)
Kedua, konfrontasi antara Hazel dan van Houten, dimana Hazel sampai marah dan menuntut jawaban dari si penulis bajingan itu. Sampe dia bilang, "Dengar, Bajingan," yang dalam bahasa aslinya pastilah berbunyi, "Listen, Asshole." (hal 260-262)
Ketiga, sewaktu mereka berciuman di museum Anne Frank, ga peduli ama orang2 yg lagi nonton, yang kemudian malah tepuk tangan buat mereka. (hal 274-276)
Kesimpulan: gw suka sekali dengan buku ini. Rating: 5/5.
-OoO-
Review2 dari pembaca lain:
Review dari @iiphche
Review dari @psstBee
Review dari @_raraa
Review dari @kopilovie
Review dari Miss G
No comments:
Post a Comment