Wednesday, January 29, 2014

[Review Buku] Pembunuhan di Malam Natal

"Kami keturunan Lee memang seperti itu. Kami mengingat sesuatu sampai bertahun-tahun -- mendendam dan memendam sesuatu serta membiarkannya selalu hijau."


alias: Hercule Poirot's Christmas
Author: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia
296 halaman

Sekali lagi gw salah memperhitungkan waktu yg dibutuhkan buat baca buku-buku Agatha Christie. Butuh waktu lebih banyak ketimbang baca buku2 drama biasa, sebab untuk baca buku detektif seperti ini, kata demi kata mesti dibaca dengan seksama. Itu cara gw bacanya, karena kalo ga teliti nanti bakal bengong ga ngerti apa-apa.

Gw udah pernah baca buku ini dulu sekali, sepertinya pinjem dari perpus sekolah. Kali ini hasil pinjeman kakak gw. Pernah juga liat serial Hercule Poirot versi BBC untuk kasus ini. Buku ini, menurut gw, adalah contoh ideal dari cerita klasik Agatha Christie, tentang pembunuhan yang terjadi di sebuah keluarga besar, dengan twist di akhir cerita untuk mengetahui siapa pelakunya. Jenis cerita yg gw suka.

Tuesday, January 21, 2014

[Review Buku] Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Author: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
264 halaman

Review ini akan mengandung SPOILER yg banyak sekali, jadi yg ga suka spoiler sebaiknya ga usah baca.

Ini salah satu buku yg juga dipinjem kakak gw dari reading walk. Gw baca waktu libur hari ini. Sehari selesai. Harus mulai darimana ya, soalnya gw merasa patah hati setelah baca. Kecewa. Bukan dengan kualitas ceritanya, tapi sepertinya Tere Liye memang hobi bikin pembacanya patah hati dengan kondisi karakter2 di bukunya. Ini buku ketiga Tere Liye yg gw baca. Pertama, The Gogons, lalu yg kedua Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.

Pertama kali membaca halaman pertama, gw langsung menebak, bahwa lokasi "toko buku terbesar di kota ini" adalah Gramedia Depok. Tebakan yang langsung dibenarkan di halaman berikutnya yg menyebut nama Margonda. Nama Gramed ga pernah disebut, begitu juga nama Depok cuma sekali-dua kali disebut. Yah, mari mengulur waktu dulu dengan bahas hal-hal yg ringan.

Cerita berformat flashback untuk hampir semua bagian, dan plot di saat ini meneruskan ceritanya, di saat-saat penentuan. Flashback yg sebagian besar terjadi selagi tokoh utamanya berdiri di lantai 2 Gramed Depok untuk memandangi pemandangan jalan di bawahnya. Ah, gw jadi kepengen kesana, udah lama juga. OOT.

Monday, January 20, 2014

[Review Buku] Refrain


Author: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia

318 halaman


Awalnya, gw ngerasa ceritanya sederhana, klise. Kisah percintaan di SMA, dimana yang tadinya sahabat dari kecil kemudian cinta dengan temannya. Tapi digambarkan dengan sweet sih, jadinya gw suka. Kemudian, ceritanya dibikin ga lagi sederhana, ditambahin macam2 problem kecil yang segera dapat diselesaikan. Simpel dan kesannya menggampangkan, tapi karena dijalankan dengan sweet, ya gw suka. (diulang lagi).

Nata. Niki. Bersahabat sejak kecil hingga kemudian setelah memasuki SMA, salah satu diam-diam naksir yg lain. Seakan sekarang waktu yg tepat untuk menciptakan masalah, berbagai orang baru diperkenalkan dan membuat situasi menjadi lebih kompleks. Kehadiran Annalise, murid baru yg berwajah indo yang kemudian bergabung dengan mereka jadi salah satunya.

Saturday, January 18, 2014

[Review Buku] Rose Madder


alias: Wanita dalam Lukisan
Author: Stephen King
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
766 halaman

Buku ini gw beli 2 tahun lalu di IBF atau Pesta Buku Jakarta, entahlah apa waktu itu istilahnya, yg di Istora, bersama dengan buku2 lain. Harganya murah, cuma 20 ribu aja waktu itu. Buku ini jadi buku pertama yg gw baca dari paketan buku waktu itu. Juga buku Stephen King kedua yg gw baca, setelah waktu jaman kuliah baca Bag of Bones.

Okay. Ceritanya, Rose Daniels mengalami abuse dari suaminya, Norman Daniels, yg seorang polisi. Norman ini suka mukulin Rose di perut, pokoknya parah banget, tapi Rose terlalu takut buat ngelawan. Hingga akhirnya setelah 14 tahun pernikahan mereka, dia mendapati tetes darah di selimutnya (dari tenggorokannya), yang membuat dia memutuskan untuk pergi dari Norman. Kabur. Tak lupa membawa kartu ATM Norman untuk mengambil uang secukupnya, dia pergi terminal bis dan pindah ke kota lain. Tak lupa, Rose kembali menggunakan nama gadisnya, Rosie McClendon.